Info Massa – Mantan peserta On The Job Training (OJT) di Kota Tangerang mengungkap sejumlah dugaan praktik negatif telah terjadi pada program yang digadang-gadang sebagai penyerta Gampang Kerja pada Pemerintahan Sachrudin-Maryono.
Eks peserta OJT itu menyebut bahwa dua rekan pelatihannya pada program itu terjerat praktek percaloan yang merogoh kantong sampai ratusan ribu rupiah. Bahkan, kata dia, dirinya dijanjikan bisa langsung mendapat pekerjaan.
“Teman kita mengalami (praktik) percaloan tersebut, teman kita bercerita bahwasannya sudah membayar sebesar 500rb ke salah satu oknum yang dijanjikan langsung dapat bekerja,” kata narasumber yang ditemui awak media di kawasan Lapangan Ahmad Yani, Kota Tangerang.
Menurut informasi tahapan awal sebelum menjadi peserta OJT, calon peserta harus melakukan pengisian data diri di website Tangerang live.
Namun, hal ini menjadi kontradiksi ketika didapati adanya temuan terkait peserta ‘titipan’ yang berasal dari rekomendasi karyawan perusahaan.
“Bahkan ada yang bukan dari (jejaring) link OJT tersebut, seperti dari perusahaannya. Jadi karyawan itu memberi tahu, karyawan tersebut memiliki anak/tetangganya ingin mengikuti program OJT ini,” ujar dia.
Kemudian pada Surat Pernyataan yang ditandatangani oleh peserta OJT dari Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kota Tangerang menuai polemik yang dihadapi oleh peserta OJT.
Menurut mantan peserta tersebut, Surat Pernyataan itu sangat menganggu pikiran ketika menjalankan program OJT.
“Bahkan ada kawan saya yang sebenarnya sudah mumet (tidak mood) untuk mengikuti OJT tersebut, tetapi tidak berani keluar karena tertahan oleh kesepakatan tersebut,” tuturnya.
Adapum isi Surat Pernyataan, terdapat empat point yang mesti ditaati dan perhatikan oleh peserta. Salah satu poin yang membuat kontroversial yakni berada pada poin tiga, yakni berbunyi:
“Menerima sanksi tidak dapat membuat kartu kuning/AK2 selama 2 tahun dari mulai tanggal surat pernyataan ini dibuat bila keluar sebelum masa pelatihan On The Job Training (OJT) selesai,” bunyi surat perjanjian OJT.
Ia juga menerangkan dalam pelatihan kompetensi di OJT durasinya terbilang sangat singkat.
“Tapi pada praktiknya kita tuh mempelajari (mesin) industri hanya beberapa hari saja, paling seminggu,” katanya.
Selanjutnya dia juga menyinggung soal jumlah kuota peserta pelatihan yang hanya belasan orang saja. Hal itu pun diperkuat oleh pernyataan dari seorang perwakilan perusahaan.
“Manajernya pernah keceplosan bahwasanya batch-batch selanjutnya tetap 16 orang tidak lebih dari 16 orang,” ujarnya.
Terakhir, ia menambahkan bahwa program OJT secara prinsip ditujukan untuk meningkatkan keterampilan dan daya saing para pencari kerja di Kota Tangerang, termasuk siswa yang ingin mendapatkan pengalaman kerja. Artinya program ini dimaksudkan untuk masyarakat yang notabenenya belum memiliki pekerjaan.
Akan tetapi, ia berkata, terdapat peserta yang sudah statusnya sudah bekerja dan praktiknya tidak sesuai dengan prinsip.
“Iya nyatanya ada peserta yang saat itu masih bekerja, dari 16 peserta OJT pada batch 1 kebanyakan umurnya sudah di atas 20 tahun ke atas. Anak-anak SMKnya khususnya yang baru lulus palingan 1 orang doang,” kata mengakhiri. []
Komentar