PLN Defisit Batu Bara, Kementrian ESDM Larang Ekspor

Editor: Simon Julius

Jakarta – Meroketnya harga batu bara di pasar dunia yang sempat menembus US$ 280 per ton pada awal Oktober lalu justru berdampak negatif bagi PT. PLN (Persero). Hal itu dikarenakan produsen batu bara yang sebelumnya sudah kontrak dengan PLN lebih cenderung melakukan ekspor dari pada menjalankan komitmen untuk memenuhi kebutuhan listrik dalam Negeri.

Alhasil kondisi pasokan batu bara pada PLN sangat kritis dan ketersediaan batu bara sangat rendah.

Berdasarkan kondisi itu, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara, Ridwan Djamaluddin, menerbitkan surat pelarangan ekspor batu bara selama satu bulan ke depan terhitung mulai 1 Januari – 31 Januari 2022.

“Dalam rangka mengamankan pasokan batu bara untuk kelistrikan umum, serta mengantisipasi kondisi cuaca ekstrem pada bulan Januari 2022 dan Februari 2022,” ujar Ridwan Djamaluddin melalui keterangannya dikutip infomassa, Sabtu, 1 Januari 2022.

Surat berisi larangan tersebut disampaikan Ridwan kepada seluruh perusahaan pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) dan Izin Usaha Pertambangan (IUP). Lalu, Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Operasi Produksi, dan IUPK sebagai Kelanjutan Operasi Kontrak atau Perjanjian, dan pemegang Izin Pengangkutan dan Penjualan Batu Bara.

“Pelarangan penjualan batu bara ke luar negeri tersebut akan dievaluasi dan ditinjau kembali berdasarkan realisasi pasokan batu bara untuk PLTU grup PLN (Persero) dan IPP,” demikian ketentuan lain yang dimuat dalam surat tersebut.