Info Massa – Poros Intelektual Muda (PIM) menanggapi sejumlah deretan politisi yang muncul dalam bursa calon Direktur Utama Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Pasar Kota Tangerang yang mencuat beberapa hari lalu.
Juru Bicara PIM, Topan Bagaskara, menyampaikan bahwa Perumda Pasar merupakan unit bisnis dari salah satu Badan Usaha milik Daerah (BUMD) Kota Tangerang yang tugasnya mengelola pasar tradisional atau modern.
Dengan demikian, lanjut dia, maka Perumda pasar memiliki peran untuk membina para pedagang pasar, menjaga stabilitas harga sehingga dapat membuat nyaman masyarakat untuk berbelanja segala macam kebutuhan.
Melihat hal itu, PIM memandang bahwa sebetulnya Perumda Pasar Kota Tangerang membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni di bidangnya. Sementara sangat kontradiktif dengan komposisi bursa calon dirut yang sebagian besar berasal dari para politisi.
PIM menilai apabila Perumda Pasar dinahkodai oleh salah seorang politisi, maka stabilitas akan terganggu dengan kepentingan-kepentingan yang bersifat politis.
“Dengan tekam jejak mereka (politisi) dari sejumlah politisi partai, tentu menimbulkan kekhawatiran ketika mengampu PD Pasar tidak terlepas dari langkah-langkah politisasi,” ujar Topan dalam keterangannya, Rabu 8 Oktober 2025.
Topan menambahkan, selain muatan politis, kebijakan pro pedagang dan masyarakat juga bakal terancam.
“Calon direktur utama yang bernuansa mampu mengatasi permasalahan pasar kelihatannya jadi tertutup oleh aroma politis ya. Kami tetap berharap dirut PD Pasar nantinya tetap dipimpin oleh SDM yang koheren dengan persoalan pasar,” pungkas Topan.
Sebelumnya, Perumda Pasar Kota Tangerang mengumumkan hasil seleksi administrasi calon direktur utama. Dalam pengumuman Nomor 5/PANSEL/PERUMDA PASAR/X/2025 tanggal 3 Oktober 2025 terdapat 11 peserta yang berpeluang menduduki kursi panas tersebut.
Adapun 11 nama yang dimaksud di antaranya Nurakhman, Septra Risda Arking, Dedi Ochen, Mustaya Hasyim, A. Yayan Sofian, Hetty Lestari, Jatmiko Murdiono, Ubaydillah, Marselia Destiany, Prapanca Ardhina Wiradisuria, dan Nasrudin.[]
Komentar