Kab. Tangerang – Cucu dari seorang Veteran di masa perjuangan Republik Indonesia (RI) yang berdomisili di Kampung Kelor RT. 03/02 Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang terpaksa harus rela mengalami putus sekolah.
S gagal melanjutkan sekolah tingkat atas pada tahun 2017. Hal tersebut di latar belakangi oleh keterbatasan ekonomi keluarganya. Bahkan Ia dan keluarga juga tidak tercatat sebagai Keluarga Penerima Manfaat (KPM) pada Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
Asmad, ayah S, sangat miris ketika selama ini keluarganya tidak mendapat perhatian. Padahal, Djaki bin Sainan, orang tua laki dari Asmad merupakan pejuang yang mengorbankan jiwa raganya untuk kemerdekaan Indonesia.
“Allhamdulillah, kalau ibu saya, tinggal sama kami di rumah peninggalan ayah ini. Ayah meninggal pada 2004 lalu, setelah sakit,” kata Asmad kepada wartawan, Jumat 12 November 2021.
Asmad menerangkan bahwa semenjak putus sekolah 4 tahun lalu, S meneruskan kehidupannya menjadi buruh dengan upah di bawah standar.
“Jadi sekarang, S kerja bantu-bantu di rumah konveksi. Dapat upah Rp50 ribu per hari,” terang Asmad.
Asmad sendiri tidak bisa mencegah rutinitas S untuk melangsungkan hidupnya itu. Sementara ia sendiri sebagai buruh Harian Lepas (HL) di pabrik accesorries helm yang hanya mendapatkan upah sebesar Rp. 60 ribu perhari.
“Kalau tidak kerja. Ya tidak dapat upah. Seperti hari ini, saya lagi izin karena sedang kurang fit,” kata Asmad.
Sejauh ini, Asmad terus berharap masih bisa menyekolahkan M, adik perempuan S yang kini masih duduk di bangku SD kelas 3 hingga sampai ke tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) bahkan sampai Perguruan Tinggi.
Prednisone