Opini
Beranda / Opini / Che Guevara: Di Antara Api Perlawanan dan Asap Renungan

Che Guevara: Di Antara Api Perlawanan dan Asap Renungan

Che Guevara dalam konteks manusia modern - membaca ulang tiga dimensi perjuangan: ideologi, pengetahuan, dan perlawanan, sebagai cermin bagi generasi yang terus mencari makna kebebasan dan kemanusiaan. (Foto: Info massa/Istimewa).

Revolusi tidak hanya menyalakan peluru, tetapi juga pikiran dan kesadaran manusia.

Info Massa – Di banyak dinding kota, wajahnya muncul dalam bentuk stencil hitam putih: tatapan tegas, baret bertanda bintang, dan bibir yang terkatup dalam kesunyian.

Ernesto “Che” Guevara bukan sekadar ikon perlawanan, ia adalah simbol dari jiwa yang menolak tunduk pada ketidakadilan. Namun di balik mitos itu, tersembunyi sosok manusia yang lembut, reflektif, dan haus pengetahuan.

  • “Revolusi tanpa kesadaran hanyalah kekacauan tanpa arah.” — Che Guevara.

I. Manusia di Balik Mitos

Sebelum menjadi simbol revolusi dunia, Che adalah seorang dokter muda dari Argentina. Ia mempelajari anatomi tubuh manusia, namun menemukan penyakit sosial yang lebih dalam kemiskinan, eksploitasi, dan ketimpangan.

Pipa PDAM TB Bermasalah Lagi, Aliran Air Warga Kembali Tersendat

Perjalanannya melintasi Amerika Latin membuka matanya: luka terbesar manusia bukan di tubuh, tetapi di sistem yang menindas mereka.

Che meninggalkan profesinya sebagai dokter bukan karena kehilangan arah, melainkan karena menemukan panggilan yang lebih besar menyembuhkan luka kemanusiaan. Ia percaya, tak ada obat yang lebih mujarab daripada perlawanan terhadap ketidakadilan.

  • “Aku bukan hanya berjuang untuk satu bangsa, tetapi untuk manusia yang tertindas di seluruh dunia.”

II. Senjata: Nyala Keberanian di Tengah Ketakutan

Di tangan Che, senjata bukan sekadar alat perang, melainkan simbol keberanian moral. Setiap peluru yang ditembakkan bukan berasal dari amarah, melainkan keyakinan akan keadilan.

Ia tahu, perang tidak selalu mulia, namun ketidakadilan yang dibiarkan adalah kejahatan yang lebih besar. Dalam hutan-hutan Kuba, ia hidup bersama rakyat miskin, tidur di tanah yang sama, dan makan dari piring yang sama.

Gerai Bintang Sawi, Bukti UMKM Kota Tangerang Siap Tembus Dunia

Di situlah makna revolusi menjadi nyata: bukan dominasi, melainkan pembebasan.Namun Che juga memahami dilema moral dalam setiap pertempuran. Senjata bisa membebaskan, tapi juga bisa menodai kemanusiaan. Karena itu, keberanian sejati baginya bukan sekadar melawan musuh di luar, tetapi juga melawan ketakutan dan keraguan di dalam diri.

III. Buku: Api Kesadaran yang Tak Pernah Padam

Che Guevara adalah gerilyawan sekaligus intelektual. Ia membaca Marx dan Engels dengan gairah yang sama seperti ia membaca puisi Neruda. Buku-bukunya basah oleh hujan hutan Kuba, namun kata-kata di dalamnya tetap menyala.Buku menjadi simbol pengetahuan sumber dari kesadaran revolusioner.

Bagi Che, tindakan tanpa pemahaman hanyalah ledakan sesaat, sementara pengetahuan tanpa tindakan adalah kemewahan kosong. Maka, setiap lembar buku adalah bahan bakar bagi kesadaran; ia menyalakan pikiran sebelum menyalakan api perjuangan.

  • “Dari pengetahuan lahir kesadaran, dari kesadaran lahir tindakan.”

IV. Rokok: Asap Renungan di Tengah Api

Pelaku Pengeroyokan Anggota Ansor Kota Tangerang Ditahan

Asap rokok yang mengepul dari bibir Che sering terlihat di foto-foto klasiknya. Namun di balik kebiasaan sederhana itu tersimpan makna mendalam. Rokok adalah jeda, ruang refleksi di antara kerasnya hidup seorang revolusioner.

Di tengah dingin malam hutan Bolivia, Che menyalakan sebatang rokok dan menatap langit yang sunyi. Asapnya berputar, membentuk lingkar renungan tentang makna perjuangan, tentang kehilangan, dan tentang kemanusiaan yang tetap harus dijaga di tengah api perlawanan.

Bagi Che, refleksi adalah bentuk lain dari perlawanan. Karena dalam renungan, manusia menemukan arah dan makna dari setiap tindakan.

V. Harmoni Tiga Simbol: Senjata, Buku, dan Rokok

Ketiga simbol itu membentuk satu kesatuan makna perjuangan:

  1. Senjata melambangkan keberanian melawan ketidakadilan.
  2. Buku melambangkan pengetahuan dan kesadaran.
  3. Rokok melambangkan refleksi dan kemanusiaan.

Tiga dimensi ini; ideologi, pengetahuan, dan perlawanan menjadi pondasi dari manusia revolusioner yang utuh.

Revolusi tanpa kesadaran akan menjadi buta; pengetahuan tanpa tindakan akan menjadi mandul; dan perjuangan tanpa refleksi akan kehilangan arah.

Che Guevara memadukan ketiganya menjadi satu kesatuan yang hidup.“Manusia sejati adalah ia yang berpikir, bertindak, dan merenung dalam satu tarikan napas.”

VI. Warisan dari Asap yang Tak Pernah Padam

Che Gugur di Bolivia, 9 Oktober 1967. Namun ide-idenya tidak ikut mati.Dari dinding kota Havana hingga mural-mural di Jakarta, wajahnya tetap berbicara: bahwa keberanian dan kesadaran tidak boleh padam.

Kini, di tengah dunia yang makin pragmatis, simbol-simbol Che sering direduksi menjadi fesyen atau komoditas. Namun bagi mereka yang membaca lebih dalam, wajah itu tetap memancarkan pesan yang sama: bahwa kebebasan tidak pernah diberikan, ia selalu diperjuangkan — dengan pikiran yang tajam, hati yang teguh, dan jiwa yang reflektif.

PENUTUP

Che Guevara bukan sekadar tokoh sejarah, melainkan metafora dari manusia yang berani hidup dengan kesadaran. Dalam senjata ia mengajarkan keberanian, dalam buku ia menanamkan pengetahuan,dan dalam rokok ia mengajarkan pentingnya jeda untuk merenung.

Asap mungkin telah hilang, namun jejak renungannya terus melayang di udara, sejarah mengingatkan bahwa revolusi sejati bukan sekadar menggulingkan kekuasaan, melainkan membebaskan pikiran manusia dari segala bentuk ketakutan.[]

Komentar

Tinggalkan Balasan

× Advertisement
× Advertisement