Diduga Oknum ASN Tangsel Lakukan Intimidasi Terhadap Petani Dengan Membawa Sajam

Tangerang Raya

Seorang petani mengalami tindakan intimidasi yang dilakukan oleh salah satu oknum ASN di Tangerang Selatan.

Pasalnya tidakan tersebut ditengarai karena percekcokan lahan tanah garapan.

Parahnya, intimidasi tersebut dilakukan oknum ASN yang berprofesi sebagai guru.

Berikut keterangan Korban:

Hal ini bertepatan pada Rabu, (1/3) ketika saya (AH) berada di sebuah gubuk yang terletak di kebun belakang perumahan Griya Cimangir, saat itu datanglah seseorang yang berinisial (JMJ) bersama rekannya (W) dan ditangan (JMJ) ada sebilah senjata tajam.

Tak lama setelah mereka berkeliling kebun (JMJ) datang ke gubuk dan meletakkan sajam (golok) di sampingnya. Setelah itu dirinya berkata kepada saya; “Sudah saatnya kamu angkat kaki dari sini, dan jangan menggarap lagi disini,” kata JMJ kepada saya.

Kemudian saya bertanya; “Kenapa bapak mengusir saya padahal saya disini hanya untuk nyari makan,” ungkapnya saat memberikan keterangan kepada infomassa, Jum’at, 10 Maret 2023.

Kemudian (JMJ) menjawab; “Ini kan garapan saya, saya punya suratnya”. Selanjutnya saya menjawab; “Kalaupun bapak punya suratnya apakah saya harus diusir”.

Tidak lama kemudian (JMJ) emosi dan marah kemudian langsung berdiri dengan berkata kasar sambil menodongkan sebilah golok kearah saya dengan berkata;

“Kamu itu ngeyel ya, dikasih tahu lu masih ngeyel, bacok aja lu”. Lalu saya menjawab; “Jangan pak, bacok nggak, jangan pak, kasihani saya pak”.

Dirinya menjelaskan padahal posisi (AH) pada saat itu dalam keadaan duduk dan dia (JMJ) pada posisi berdiri.

Dalam posisi saya duduk tak bergerakpun masih saja (JMJ) berkata kasar dan saya sangat ketakutan.

(JMJ) berkata; “Ambil golokmu biar kita main bacok bacokan biar lu tau siapa gua,” ungkap JMJ.

Saya menjawab; “Saya tidak berani pak, saya tidak mau ribut apalagi berdarah-darah”.

“Sebelumnya juga kan sudah saya katakan sama bapak kalau saya hanya menggarap tidak pernah mengakui kalau ini tanah saya, saya hanya menggarap”.

Disaat saya diancam seperti itu rekannya berinisial (W) dan (J) berkata kepada pelaku (JMJ); “Istighfar pak, istighfar pak, malah (JMJ) menghardik (W), ‘diam kamu’.

Disela-sela itu (J) dengan maksud baik menegur (JMJ) juga untuk mengucapkan istighfar, namun dia masih mengacungkan golok itu kearah saya.

Sementara itu keponakan saya (AH) yang berinisial (N) hanya diam melihat saya diancam oleh (JMJ), tak lama kemudian setelah itu dirinya duduk kembali ketempat semula.

Pada saat (JMJ) sudah kembali duduk, saya berkata kepada (JMJ); “Selama ini bapak pernah minta uang sewa garapan kepada saya”.

Darimana saya dapatkan uang sementara hasil tani saya hanya cukup buat makan dirumah untuk anak isteri itu juga kadang-kadang dapat kadang nggak dapat.

Kalaupun sebelumnya bapak lihat saya beternak bebek, sebenarnya beternak bebek itu juga rugi.

“Sesuai pembicaraan saya dari awal bahwa saya tidak pernah mengakui kalau ini tanah saya, disini saya hanya menggarap numpang bercocok tanam saja, itupun selama tanah ini kosong tidak diberdayakan”.

Saya sampaikan kepada bapak salahkan bapak menggarap disini biar bapak tahu bagaimana bertani disini apakah untung atau rugi.

Silahkah pak kalau ini punya bapak toh saung sama kandang bebek juga, nanti akan saya bongkar silahkan pak bertani disini.

Tinggalkan Balasan