Info Massa – Sejumlah pedagang Thrifting dari perwakilan daerah mendatangi BAM DPR RI menyampaikan keresahan yang mengancam keberlangsungan ekonominya.
Salah seorang pedagang Thrifting dari Buton menyampaikan bahwa pernyataan Menteri Keuangan Purbaya soal menutup jalur dagang pakaian bekas sangat mengancam kehidupan ekonomi pelaku usaha.
“Jika ini dibiarkan maka jutaan orang akan terganggu ekonominya. Apakah kami akan berhenti, tidak,” tegas Ladudu menjawab tantangan bagi pelaku usaha Thrifting.
Dia menegaskan bahwa pedagang Thrifting hanyalah penjual pakaian bekas, tidak lebih. Maka tidak perlu ditindak keras oleh aparat penegak hukum.
“Kami seolah musuh negara. Kedatangan penegak hukum kepada lapak kami seakan menjadikan kami penjahat. Padahal kami dagang pakaian, bukan jualan narkoba,” cetus Ladudu.
Hal senada juga diungkapkan oleh pedagang asal Bandung, Wide, yang mengungkapkan bahwa aparat keamanan tidak perlu memberikan ketakutan bahkan penyitaan terhadap barang Thrifting.
“Karena kami hanya pedagang yang membeli barang dari importir,” ungkap Wide.
Apalagi, tambah dia, negara tidak hanya memberantas barang Thrifting di arealĺ lapak atau pertokoan saja, tetapi media sosial yang menjadi salah satu platform dagang terus menerus diblokir.
“Menteri UMKM sudah memblokir akun medsos sebagai media jualan. Setiap kami bikin akun baru diblokir lagi. Tolong jangan gencat pedagang, tapi berikan solusi untuk pedagang,” ujar Wide.
Para pedagang Thrifting tidak menampik bahwa barang yang mereka jual adalah ilegal. Namun demikian, mereka tidak keberatan apabila pedagang dikenakan pajak oleh negara sebagai solusinya.
Sementara Wakil Ketua BAM DPR RI Adian Napitupulu menjawab sejumlah keresahan para pedagang Thrifting.
Adian menegaskan, pertama jangan ada lagi tindakan aparat untuk mengancam keberadaan pedagang Thrifting. Terlebih sampai menyita barang yang mereka miliki.
“Ya kita harap kalau negara tidak bisa memberikan lapangan pekerjaan, ya jangan ditindak-tindak dulu lah, kecuali mau melihat anak bangsa kita kelaparan,” ujar Adian.
Politisi PDI perjuangan itu mengungkap, 67 persen milenial dan gen z menyukai thrifting. Alasannya, kata Adian, karena mereka sadar akan penggunaan air bersih dan peduli terhadap lingkungan.
“Untuk mencuci celana jeans butuh sekian ribu liter air. Sementara di sisi lain, limbah tekstil sendiri memiliki 20 persen limbah dari produksinya. Hal ini yang membuat Gen Z dan milenial menyukai Thrifting. Nah negara harus menguasai data-data itu,” kata Adian. []
Komentar