PEKANBARU – Sudah hampir 26 tahun kisah kelam Reformasi berlalu, sebagian dari kita yang hidup pada masa itu masih tergambar jelas peristiwa kelam tersebut.
Mungkin, banyak dari kita sudah lupa atau banyak yang tidak tahu bahwa di bawah Rezim Orde Baru Soeharto lebih dari 500.000 orang di bantai, dibunuh, di siksa dalam berbagai Peristiwa.
Kesedihan masa kelam Reformasi, masih meninggalkan puing-puing luka yang cukup dalam yang sulit dilupakan.Namun, pada akhir masa pemerintahan Jokowi kembali mengaktifkan ingatan masyarakat kepada masa-masa kelam tersebut.
Menyikapi hal tersebut, BEM USTI Riau adakan pergelaran napak tilas 26 tahun reformasi di bajak politik dinasti jokowi yang di hadiri oleh 11 Universitas yang ada di Riau.
Kegiatan tersebut digelar di aula USTI (Universitas Sains dan Teknologi Indonesia) Pekanbaru – Riau, Jumat (21/06/2024).
Disampaikan Maulana Ikhsan Presiden Mahasiswa USTI selaku koordinator, peringatan 26 tahun reformasi tersebut adalah sebagai momentum untuk bercerita pada kekejaman orde baru.
“Peringatan 26 tahun Reformasi ini menjadi momentum untuk kembali bercermin pada kekejaman Orde baru, semoga itu tidak terjadi lagi di Indonesia, kapanpun dan untuk alasan apapun. Orde Baru dan Neo Orba adalah musuh besar kemanusiaan,” ucap Ikhsan.
“Pergelaran Napak tilas 26 tahun reformasi atas kekejaman orde baru tersebut dengan aksi 2000 instansi tengkorak, 1000 nisa, pameran poto, ada juga mimbar bebas, musik perform. Tidak hanya itu, diskusi terkait tolak Tapera, tolak kenaikkan UKT, selesaikan konflik agraria, dan demokrasi mati suri,” tambanya.
Lebih lanjut Maulana Ikhsan menyampaikan, harus kita sadari secara bersama, bahwa pada hari ini pemerintah Jokowi melanggengkan kekuasaannya menggunakan instrumen-instrumen hukum.
“Harus kita sadari secara bersama, bahwa pada hari Ini Pemerintah Jokowi justru melanggengkan kekuasaan dengan menggunakan instrumen-instrumen hukum. Hukum menjadi alat kekuasaan dan menciptakan Budaya kolusi, korupsi, nepotisme menjadi praktek pemerintah Jokowi pada saat ini,” ucapnya.
“Persoalan rakyat tidak lagi menjadi tujuan utama bagi pemerintah Jokowi, pada saat harga-harga melilit mahal, orang miskin tidak mampu kuliah sebab UKT sangat tinggi, konflik agraria dimana-mana, pemerintah Jokowi hanya memikirkan melanggengkan kuasanya,” tutup Ikhsan menjelaskan.(***)