Dinas Kesehatan atau Dinkes Kota Tangerang berhasil menyembuhkan 85 persen dari 3198 kasus penyakit menular Tuberkulosis (TBC) atau TB di semester pertama tahun 2022.
Kepala Dinas kesehatan Kota Tangerang, Dr. Dini Anggraeni mengatakan, capain itu merupakan hasil dari kerja keras berbagai pihak yang berkolaborasi dan konsentrasi menanggulangi penyakit TBC.
“Angka kasus itu adalah yang ternotifikasi atau positif TBC. Allhamdulillah bisa disembuhkan,” kata Dr. Dini ditemui infomassa di ruangannya, Selasa 13 September 2022.
Dr. Dini menyebutkan, penanganan TBC telah menjadi prioritas dan salah satu program unggulan Pemkot Tangerang yang tertuang dalam Perwal No 77 Tahun 2022.
Untuk itu kata dia, Dinkes Kota Tangerang mengajak masyarakat agar melakukan deteksi sejak dini untuk mendapat pengobatan dan perawatan gratis sampai penderita dinyatakan bersih dari TBC.
Dr. Dini menerangkan agar masyarakat tidak perlu khawatir untuk melakukan pendeteksian demi kesehatan. Terlebih, soal biaya, Dinkes Kota Tangerang memastikan bisa menggunakan BPJS JKN/KIS dan Penerima Bantuan Iuran (PBI) bagi yang belum memiliki jaminan kesehatan.
“kami ada aplikasi Sobat TB untuk deteksi pendataan awal, kemudian skrinning. Apabila positif TBC, maka selanjutnya akan difasilitasi ke faskes untuk mendapat pengobatan secara gratis,” tuturnya.
Selama ini, Dinkes Kota Tangerang bersama Disnaker serta sejumlah sekolah di Kota Tangerang juga telah bekerja sama untuk melakukan skrinning TBC. Harapannya, agar pekerja maupun pelajar mendapatkan jaminan pengobatan hingga kesembuhan.
“Skrinning kita lakukan baik di pabrik atau perusahaan lainnya agar penderita TBC tidak dipecat. Terkadang ada kasus penderita TBC justru malah dipecat, ini tidak baik. Harusnya diobatin,” tegas Dr. Dini.
Selain itu, ia menjelaskan bahwa TBC menyerang manusia tanpa mengenal usia, bisa anak-anak ataupun orang dewasa bahkan lansia.
“Kalau sudah ketahuan positif TBC, 2 minggu mendapat pengobatan, Insya Allah dia tidak menularkan. Tapi, pengobatan TBC ini lama, sekitar 6 bulan,” jelas Dr. Dini.
Meski membuthkan waktu yang lama dalam proses penyembuhan, Dr. Dini menegaskan agar penderita tidak perlu khawatir akan stigma negatif dari lingkungan sekitarnya.
“Padahal tidak apa-apa, bisa diobatin. Bisa sembuh, sembuh,” katanya.
Dalam masa pengobatan dan perawatan, Dinkes Kota Tangerang juga memberikan asupan tambahan berupa makanan yang mengandung gizi tinggi guna menyempurnakan kesembuhan.
Di sisi lain, Dr. Dini juga menyebut bahwa penderita TBC bisa mengarah pada kematian apabila lolos dari pendeteksian dan pengobatan.
“Jadi TBC ini kalo engga diobatin bisa Multidrug-Resistant (MDR), atau TBC Resistensi Obat (RO). Jadi udah gak mempan tuh sama obat yang 6 bulan, dia harus berobat yang 2 tahun. Paru-parunya lama-lama rusak, ini yang engga diketahui masyarakat dan tetap menularkan ke orang lain,” terang Dr. Dini.
Untuk penyebab TBC sendiri, disebutkan Dr. Dini bahwa kasus ini murni adalah penyakit menular, bukan keturunan atau faktor biologis.
Menurut Dr. Dini, biasanya orang menganggap TBC adalah keturunan karena hubungan keluarga. Padahal, jika ada kasus dalam satu rumah, maka itu murni karena tertular.
“Penularan bisa terjadi dari droplet, atau minum di gelas yang sama,” ucapnya.
Kemudian untuk gejala TBC disertai batuk yang tak kunjung reda hingga 2 minggu masa pengobatan serta ditandai salah satunya dengan badan berkeringat di dalam suhu yang tidak semestinya.
Dr. Dini menerangkan, sejauh ini Dinkes Kota Tangerang terus memonitoring perkembangan kasus penyakit menular itu bersama 1000 relawan yang tergabung bersama Kader Asmara TBC sejak 2021.
Seiring dengan itu, pihaknya membuka pintu lebar bagi siapapun yang ingin memerangi TBC di Kota Tangerang.
“Kami terbuka bagi siapa saja. Kami siap membimbing kader yang baru bergabung untuk bergerak memerangi TBC,” ujar Dr. Dini, Kadis Dinkes Kota Tangerang.[]
Editor: Mauladi Fachrian