Dituding Pembegal Partai Demokrat, Kenapa Moeldoko Tak Banyak Bicara?

Nasional

Ketua Umum DPP Partai Demokrat hasil Kongres Luar Biasa (KLB), Jenderal TNI (Purn.) Moeldoko memilih tak banyak bicara setelah pihaknya melakukan Peninjauan Kembali (PK).

Hal ini direspon oleh kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan melontarkan kata-kata di ruang-ruang publik.

Menanggapi pernyataan AHY, Saiful Huda Ems, Kepala Departemen dan Informatika DPP Partai Demokrat KLB menyebut Peninjauan Kembali (PK) merupakan upaya hukum terakhir yang dilakukan oleh DPP Partai Demokrat KLB yang konstitusional.

“Menyebut PK sebagai perbuatan pembegalan politik, merupakan pertanda mereka ini (AHY dan para pemuja TRIO CIKEAS), sama sekali tidak mengerti hukum, dan kelihatan kualitas kader yang buruk karena dipimpin oleh pemimpin karbitan, pelarian Mayor alias Bocil yang baru belajar bicara dan belajar menyisir rambut,” tulisnya kepada Info Massa, Minggu, 9 April 2023.

Ia pun menerangkan Ketua Umum Partai Demokrat KLB, Jenderal TNI (Purn.) Moeldoko yang masih belum mau berkomentar soal PK itu merupakan hak nya.

“Sebagai Ketua Umum yang bisa jadi sebagai bentuk pertahanan partai, agar strategi perjuangan hukum yang tengah ditempuh DPP Partai Demokrat KLB ini tidak bocor ke pihak lawan. Olehnya, untuk persoalan PK, Ketua Umum lebih memilih berhati-hati, hemat bicara dan lebih banyak menyerahkan pada jajaran pengurus di bawahnya saja yang berbicara ke media, hingga beliau bisa tetap fokus mengemban tugasnya sebagai pejabat negara,” lanjutnya.

ia menyinggung Bromocorah Demokrasi itu lebih tepat ditujukan untuk SBY, AHY dan IBAS atau biasa disebut Netizen dengan Trio Cikeas.

Sebab, lanjut ia, di tangan mereka bertiga ini Partai Demokrat yang disingkat PD berubah menjadi (PKC) alias Partai Keluarga Cikeas.

“Kenapa bisa demikian? Karena Partai Demokrat yang awal berdirinya begitu sangat demokratis dan terbuka, didirikan oleh 99 orang, melibatkan banyak tokoh-tokoh politisi berintegritas dan berpengaruh, hingga menjadi partai kebanggaan rakyat, di tangan SBY dan AHY serta IBAS mendadak semuanya berubah,” terangnya.

Ia mengungkapkan sebelumnya Partai Demokrat yang mendirikan sebanyak 99 orang, namun oleh SBY dirubah menjadi didirikannya sendiri.

“Kalaupun ada satu lagi orang lain yang dimasukkan sebagai pendiri itu orang yang sudah meninggal dunia, yakni Pak Ventje Rumangkang. Padahal sesungguhnya, pendiri Partai Demokrat itu 99 orang,” ujarnya.

Partai Demokrat yang awalnya demokratis dan terbuka. Lanjutnya dipegang ‘TRIO CIKEAS’ menjadi partai dinasti yang sangat tidak demokratis, tertutup dan terlalu banyak pungutan liar yang membuat stres kader-kadernya sendiri. []

Tinggalkan Balasan