Bertolak dari kaitan antara kasus TB dan HIV/AIDS yang berhasil dijangkau di wilayah Kabupaten Tangerang, sudah waktunya menggalang kerja sama antara kabupaten dan kota di wilayah Banten.
Soalnya, warga yang hidup dengan TB di wilayah Kab Tangerang tentu saja mobilitasnya ke wilayah lain di Banten bahkan ke luar Banten. Akan terjadi kontak jarak dekat (close contact) yang memungkinkan terjadi penularan baksil TB ketika berbicara, bersin dan batuk.
Seorang penjangkau yang digerakkan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kab Tangerang, Marlina Puspitasari (dikenal luas sebagai Lina Kuntul), 43 tahun, mengatakan setiap minggu dia menemukan 5-7 warga dengan keluhan batuk. Setelah diperiksa di layanan kesehatan (Yankes), seperti Puskesmas, ternyata warga itu mengidap TB.
Jika warga yang mengidap TB tidak terjangkau, maka mereka jadi mata rantai penyebaran TB di masyarakat melalui pergaulan sehari-hari yaitu melalui berbicara, bersin atau batuk yang memungkinkan baksil TB keluar dari mulut pengidap TB dan dihirup warga yang berdekatan.
Kondisinya kian runyam karena pemerintah sudah mencabut PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) terkait dengan pandemi Covid-19 (virus corona) yang oleh sebagian warga diartikan tidak lagi wajib menjalankan protokol kesehatan (Prokes) sehingga risiko tertular Covid-19 dan TB melalui pergaulan sehari-hari kian tinggi.
Ada pula persoalan baru terkait dengan warga pengidap TB. Warga dengan indikasi TB dirujuk oleh Puskesmas ke RSU Kab Tangerang. Pasien TB kemudian dirujuk ke Klinik Bougenville untuk tes HIV. “70% kasus HIV/AIDS terdeteksi dari pengidap TB,” ujar staf di Klinik Bougenville.
Jumlah kasus HIV-positif yang ditemukan pada periode April – Juni 2022 di wilayah Provinsi Banten sebanyak 519, yang mendapat ART (terapi antiretroviral) sebanyak 386. Sementara itu jumlah kasus AIDS yang ditemukan periode April – Juni 2022 di Banten sebanyak 95.
Capaian skrining TB pada pengidap HIV/AIDS tahun 2022 di Provinsi Banten dilaporkan sebear 80%. Sedagnakan capaian TPT (Terapi Pencegahan Tuberkulosis) di Provinsi Banten sampai triwulan II (Januari – Juni) tahun 2022 mencapai 21%.
Dalam kasus pasien TB terdeteksi HIV-positif, maka yang diutamakan adalah berobat TB, tapi juga memberikan obat antiretroviral (ARV) untuk HIV/AIDS. Obat ini gratis, tapi, seperti dikatakan Lina ada masalah bagi warga yang tidak mempunyai KTP sesuai domisili di Kab Tangerang untuk memperoleh ARV.
Dalam kaitan inilah perlu langkah-langkah yang taktis untuk memudahkan warga yang terdeteksi mengidap TB dengan infeksi oportunistik (IO) TB mendapatkan pengobatan dan obat ARV.
Soalnya, hanya dengan pengobatan TB dan obat ARV penyebaran baksil TB dan virus (HIV) bisa diredam.
Dengan pendekatan yang dilakukan Lina warga luar wilayah yang terdeteksi mengidap TB dengan IO HIV/AIDS bisa mendapat pengobatan dan obat ARV.
Langkah yang dilakukan Lina perlu didukung oleh pemerintah kabupaten dan kota tempat domisili warga yang dijangkau Lina untuk memudahkan mereka mendapatkan pengobatan TB dan obat ARV.
Bagi warga Banten yang merasa batuk yang tidak sembuh dan pernah melakukan hubungan seksual berisiko, silakan kontak Lina di nomor HP 0856 8962 260 untuk curhat.[]