Membakar Kitab Suci; “Ketika Buku-Buku Dibakar, Pada Akhirnya Mereka Akan Membakar Manusia

Opini

Oleh: Islah Bahrawi, Direktur Jaringan Moderat Indonesia

Dari abad ke abad Kitab Suci agama orang lain dibakar dan dihina. Aksi ini seringkali dilakukan untuk mengungkap kebencian demi memperluas pemahaman bahwa Kitab Suci adalah episentrum setiap permusuhan. Dalam perspektif sebagian orang, perbedaan keimanan adalah ruang yang tak kenal negosiasi dan semua itu dianggap bersumber dari Kitab Suci.

Secara lebih spesifik hal ini menunjukkan bahwa identitas keagamaan hanya dibentuk melalui simbol-simbol. Kitab Suci tidak dipelajari dan direnungkan secara epistemologis, yang pada akhirnya menempatkan perbedaan Kitab Suci sebagai objek material yang antagonis.

Alkitab ditaruh di pantat, Al-Qur’an dibakar di Belgia, Torah dan Miqra dimusnahkan oleh Nazi Jerman, kelompok minoritas di India membakar Srimad Bhagawat Gita, adalah bagian dari aksi-aksi manusia yang masih menganggap bahwa menghina Kitab Suci adalah instrumen membinasakan iman orang lain.

Banyak orang berusaha meringkus keimanan orang lain dengan merobek lembar demi lembar kertas sebagai aksi simbolis “mematikan” Tuhan orang lain. Hampir semua sejarah hegemoni manusia yang gaduh selalu dihiasi oleh keimanan yang diartikan secara arogan.

Keimanan yang diperangkan adalah pertempuran yang tidak pernah bisa diselesaikan oleh segelintir orang. Perang yang tak mengenal geografi dan kompromi. Tuhan lalu jadi sengketa. Persekusi terhadap Kitab Suci seringkali menjadi simpul baku laga.

Padahal manusia hanya bisa memusnahkan kertas, tanpa pernah bisa membungkam esensinya. Membakar Kitab Suci jadi abu tanpa bisa membinasakan ayat-ayatnya. Karena musuh manusia beriman sejatinya adalah melawan kebencian dalam dirinya sendiri atas segala perbedaan. Bukanlah keimanan dan Kitab Suci agama orang lain.

Tinggalkan Balasan