Info Massa – Rendahnya partisipasi pemilih dalam pesta demokrasi Pilkada Jakarta salah satunya disebabkan oleh program masing-masing Pasangan Calon (Paslon) yang kurang memikat hati masyarakat.
Demikian disampaikan oleh Komunikolog Politik dari Gogo Bangun Negeri, Emrus Sihombing.
“Karena program mereka (para paslon) tidak tertarik untuk mendorong masyarakat masuk ke kotak suara,” ujar Emrus Sihombing, Rabu 4 Desember 2024.
Menurut Emrus, selain program paslon yang tidak memikat hati masyarakat, ada sejumlah faktor lainnya yang menyebabkan partisipasi pemilih di Jakarta begitu rendah berkisar di angka 53 persen.
Dia menyebutkan ada partai pengusung kandidat, kemudian ketiga paslon yang berkontestasi, KPU dan Bawaslu yang kurang maksimal dalam menyosialisasikan Pilkada Jakarta.
“Dari semua itu, yang paling bertanggung jawab adalah paslon tersebut. Artinya sekitar 40 persen masyarakat tidak tertarik dengan program dari ketiga paslon,” ujar Emrus.
Emrus pun terus merinci, dari ketiga paslon yang berkontestasi, dua di antaranya sebagai penyumbang suara paling rendah.
“Yaitu paslon nomor 1 dan independent, karena mereka mendapat elektabilitas yang tidak begitu tinggi kan,” ucapnya.
“Sementara paslon Nomor 3 dapat suara banyak berarti yang datang berbondong-bondong ke kotak suara adalah publik pendukung Pram-Rano, makanya mereka menang,” sambung Emrus.
Kemudian, lanjut Emrus, untuk 47 persen masyarakat yang tidak menggunakan hak politiknya dapat diasumsikan suara yang tidak tertarik dengan seluruh paslon di Pilkada Jakarta.
Jika dibagi rata, maka masing-masing paslon menyumbang sekitar 15,6 persen untuk suara golput. Selebihnya, penggunaan suara sah menjadi milik para paslon sesuai dengan perolehannya.
“Tetap nomor 3 yang mendapat apresiasi terbanyak dari masyarakat. Jadi publik tetap merespon yang positif terhadap program kepada Pram-Doel,” pungkas Emrus mengakhiri. []