Jakarta – Partai Buruh mengeluarkan sikap atas kekerasan yang terjadi di Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah. Setidaknya ada 7 kecaman yang disampaikan oleh Said Iqbal, pimpinan tertinggi parpol baru itu.
Pertama, mengecam pengerahan kekuatan kepolisian RI secara berlebihan, mengecam tindak pemaksaan dan penangkapan terhadap warga Desa Wadas. Lalu menuntut pembebasan 40 warga yang ditangkap.
Kemudian mendukung kinerja LBH Yogyakarta yang mengadvokasi warga Desa Wadas. Mendukung perjuangan warga Desa Wadas mempertahankan hak atas ruang hidup dan kelestarian lingkungan.
Keenam, menuntut Kapolda Jawa Tengah menarik seluruh pasukannya, dan meminta Gubernur Jawa Tengah bersikap humanis serta aspiratif terhadap warga Desa Wadas.
Said Iqbal mengatakan bahwa setiap rakyat Indonesia berhak atas ruang hidup dan kedamaian. Negara, menurutnya tidak diizinkan merenggut ruang hidup dan kedamaian warganya atas dalih apapun.
Said Iqbal mengungkapkan, meskipun dengan dalih Proyek Strategis Nasional, Negara harus meletakkan keseimbangan yang jelas antara kemajuan pembangunan dan tugas mengayomi seluruh rakyat Indonesia.
“Peristiwa di Desa Wadas adalah gambaran yang memprihatinkan bagaimana negara melakukan pendekatan yang cenderung koersif (paksaan) dan intimidatif kepada warga negaranya sendiri,” kata Said Iqbal, Rabu 9 Desember 2022.
Presiden buruh itu menyebut atas dalih pembangunan infrastruktur dan beragam proyek skala besar, bukan sekali dua kali, rakyat harus dihadap-hadapkan dengan kondisi yang sulit.
“Peristiwa semacam itu telah terjadi di Kendeng, Kulon Progo dan lain wilayah. Tempat hidup rakyat terancam dan di waktu yang sama aspirasinya diabaikan. Pembangunan pada akhirnya menjadi kata sakti untuk tidak mengindahkan apa yang menjadi pikiran rakyat,” pungkasnya.
Baca Juga: Cara Partai Buruh Perjuangkan Upah Layak
Baca Juga: Partai Buruh Minta Jokowi Tetapkan Kenaikan Upah Nasional
Peristiwa di Desa Wadas, menurut partai buruh sangat menggambarkan aspirasi kaum tani atas pelestarian lingkungan dan keberlanjutan mata pencaharian mereka sebagai petani. Dalih pembangunan Bendungan Bener dan penambagan batuan andesit tentu merupakan proyek yang beralasan, tetapi akan menjadi tidak benar bila pembangunan itu menafikkan aspirasi warga Desa Wadas.
“Diperlukan pendekatan yang dialogis, humanis, berorientasi lingkungan, dan mengedepankan aspirasi rakyat setempat,” ucap Said Iqbal.