BBM Naik, Tarif Angkutan Darat Ikut Ngegas

Nasional

Organisasi angkutan darat atau organda memastikan jika tarif angkutan darat akan ikut naik imbas kenaikan bbm subsidi. Bukan hanya angkutan orang, kenaikan juga akan ikut berimbas pada tarif angkutan barang.

Dari estimasi organda kenaikan akan berada pada kisaran 7% Hingga 25%.

Di samping penyesuaian tarif, Organda juga menyoroti pentingnya kepastian pasokan BBM di seluruh SPBU di Indonesia. Organda pun mendorong pemerintah maupun PT Pertamina (Persero) untuk meningkatkan keandalan sistem dan kemudahan pendaftaran aplikasi MyPertamina yang notabene dipakai untuk transaksi pembelian BBM subsidi.

“Kami juga melihat bahwa pembatasan jumlah liter biosolar cukup merugikan angkutan barang dan penumpang yang harus menempuh jarak jauh setiap harinya,” Kata Ketua Umum Organda Adrianto Djokosoetono, Minggu (4/9).

Sementara itu di DKI Jakarta, lonjakan ongkos angkutan akan berada di Kisaran 12,5% hingga 17,5%, angka tersebut masih akan melalui proses perumusan terutama di daerah dan nasional.

Nantinya hasil perumusan itu akan diberikan kepada kementerian perhubungan dan dinas setempat, pihak organda juga menjelaskan jika kenaikan harga tarif jasa angkutan darat akan sangat mempengaruhi omset operator angkutan, melihat daya beli masyarakat juga belum pulih pascapandemi.

Seperti diketahui, pemerintah menaikkan BBM subsidi pada 3 September kemarin, di mana harga solar subsidi naik 32% menjadi Rp.6.800 per liter dan pertalite naik 31,7% menjadi Rp10.000 per liter.

Meski telah menaikan harga BBM subsidi solar dan pertalite serta pertamax, namun nyatanya anggaran subsidi tetap berpotensi membengkak.

“Nah saat ini Rp 502 triliun itu sudah bengkak sampai Rp 698-700 triliun. Dengan kenaikan (harga BBM) kemarin, maka kita perkirakan (subsidi energi) hanya Rp 648-650 triliun. Jadi, subsidinya masih besar sekali meskipun kita sudah melakukan peningkatan harga,” ungkap Suahazil Nazara dalam acara ‘Energy Corner’ CNBC Indonesia, Senin (5/9/2022).

Menurut wakil menteri keuangan Suahazil Nazara, lonjakan subsidi dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak dunia, pergerakan kurs rupiah, dan volume konsumsi BBM.

Menteri keuangan Sri Mulyani menjelaskan bahwa tahun 2022, dunia diproyeksikan akan mengalami perlemahan pertumbuhan ekonomi. Sementara inflasinya meningkat tinggi.

Oleh karena itu, Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi ekonomi global dari 3,6 persen menjadi 3,2 persen untuk tahun ini dan dari 3,6 persen menjadi 2,9 persen untuk tahun 2023.

“Ini artinya bahwa lingkungan global kita akan menjadi melemah, sementara tekanan inflasi justru meningkat. Menurut IMF tahun ini inflasi akan naik ke 6,6 persen dari sisi di negara maju, sementara inflasi di negara-negara berkembang akan pada level 9,5 persen, ini juga naik sekitar 0,8 (persen),” ungkap Sri Mulyani.

Menkeu memprediksi inflasi pada akhir tahun 2022 akan berada di Kisaran 6,6% hingga 6,8%, tingginya inflasi merupakan imbas dari kenaikan harga BBM.

Untuk meredam tekanan ke masyarakat, pemerintah menyalurkan bantuan sosial tambahan senilai 24 triliun Rupiah sebagai bantalan bagi masyarakat yang membutuhkan, ada bantuan langsung tunai senilai Rp600.000 untuk 20,65 juta keluarga.

Editor: Mauladi Fachrian

Tinggalkan Balasan