PRD Masih Menuntut Penculikan Aktivis Namun Dilukai Kemesraan Budiman-Prabowo

Nasional

Info Massa – Sekjen Partai Rakyat Demokratik (PRD) 1996 Petrus Hariyanto mengungkapkan para aktivis yang tergabung dalam Forum Rakyat Demokratik (FRD) masih Berjuang atas keadilan HAM yang sampai saat ini belum tuntas.

“Sampai hari ini mereka (13 aktivis) belum diketemukan. Kawan-kawan ini tetap berjuang, mengusahakan bahwa kasus penculikan tidak dikubur. Tetap harus diungkap dan ditemukan,” kata Petrus pada konferensi pers Mantan Aktivis PRD Kecam Politisi yang Lupa Sejarah di kantor YLBHI, Jakarta Pusat, Kamis (27/7/2023).

Petrus menerangkan, penantian pengungkapan kasus penculikan terus dinantikan oleh para keluarga korban dengan sesak kesedihan dan air mata.

Di balik penantian itu, lanjut Petrus, keluarga korban dan mantan aktivis PRD justru malah mendapat luka baru. Di mana, beberapa waktu lalu terjadi pertemuan antara Budiman Sudjatmiko dengan Prabowo Subianto.

Dia menerangkan, luka tambahan atas korban kasus penculikan itu dilakukan oleh Budiman tanpa basa-basi dan dengan mudah politisi PDI Perjuangan itu seolah amnesia sejarahnya sendiri.

“Itu yang harus diingat kawan kami, Budiman Sujatmiko, yang saat ini berkawan baik dengan prabowo Subianto yang jelas ia adalah seorang pelaku sejarah penculikan di masa orde baru di bawah pimpinan Soeharto,” tambah Petrus.

“Yang mana Prabowo Subianto oleh dewan kehormatan perwira dan beberapa jenderal termasuk Wiranto dinyatakan bersalah karena melakukan tindakan penculikan dan dipecat dari anggota ABRI dan Prabowo saat itu pergi ke Yordania,” kata Petrus.

Sementara aktivis PRD lainnya, Wilson, menyebutkan bahwa sejumlah aktivis masa itu telah diculik, dipukuli bahkan dipenjarakan. Namun kata Petrus, itu merupakan bagian akan resiko yang siap dihadapi.

“Sangat disayangkan, kami kecewa atas ucapan Budiman Sudjatmiko yang mengatakan harus lupakan sejarah dalam pertemuannya dengan Prabowo Subianto. Di balik kata-kata itu dia tidak ingin bertanggung jawab atas sejarah yang mereka lakukan. Dia bukan nasionalis-sukarnois akan tetapi nasionalis-prabowois,” Ucap Wilson.

Secara umum, kata Wilson, pihaknya ingin mengatakan bahwa capres ke depan itu tidak mempunyai rekam sejarah gelap atau pelanggaran HAM yang berat. Jika memang mempunyai kriteria itu, seharusnya mundur, sebab membangun bangsa mendatang tidak bisa berangkat dari masalah masa lalu.

“Harapan kami adalah agar para politisi yang mempunyai rekam sejarah gelap agar tidak duduk di bangku Kekuasaan, karena mereka akan mencari aman atas tindakan yang mereka lakukan dan membuat kita semua amnesia dalam sejarah pelanggaran HAM,” tutup nya Wilson.

Editor: Mauladi Fachrian

Tinggalkan Balasan