Menteri BUMN Erick Thohir dipuji kalangan pengamat energi atas komitmen transisi energi berkelanjutan. Mereka memberikan nilai A plus atas kebijakan BUMN khususnya BUMN energi.
Direktur Eksekutif Institut Kajian Energi, Akhmad Yuslizar mengatakan kebijakan energi hijau adalah keharusan dan tak bisa dihindari.
“Indonesia sudah menetapkan target emisi net zero pada 2060 dan pengurangan 32 persen emisi pada 2030. Jadi langkah Pak Erick Thohir sudah sangat tepat dna bener mengembangkan transisi energi ekosistem BUMN,” kata Akhmad Yuslizar yang biasa dipanggil Yos.
Yos memberi contoh kebijakan transisi energi Erick Thohir seperti regasifikasi gas kerjasama antara PGN dan PLN yang sedang berjalan. Direncanakan 10 pembangkit akan segera diregasifikasi. Pembangkit itu berada di koridor Sulawesi dan Nusa Tenggara.
Lalu lanjut Yos, ada PT Bukit Asam Tbk yang bekerja sama dengan PT Jasa Marga mewujudkan energi ramah lingkungan dengan membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di jalan Tol Bali Mandara.
Kemudian juga Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) atau charging station.
“Di G 20 transisi energi yang dilakukan Indonesia ini mendapat perhatian dunia. Bahkan negara maju bersedia untuk mendanai hingga 20 miliar dolar AS untuk mempercepat pelaksanaan transisi energi di Indonesia, khususnya untuk meninggalkan penggunaan batu bara sebagai sumber energi,” tandas Yos.
Selain itu, kata wartawan senior ini mengungkap Menteri BUMN Erick Thohir menginisiasi dibentuknya PT Industri Baterai Indonesia / Indonesia Battery Corporation (IBC) pada Maret 2021 lalu.
“Terbentuknya IBC bertujuan sebagai bagian dari peta jalan pengembangan baterai kendaraan listrik yang dilakukan BUMN, hasil kerja sama Mind ID, Antam, PLN dan Pertamina,” ucapnya.
Yos mengatakan apa yang dilakukan Menteri BUMN terkait transisi energi mendapat perhatian dunia. Sementara itu, kebijakan untuk menghasilkan sumber energi baru terbarukan juga datang dari Holding BUMN Perkebunan, yakni PT Perkebunan Nusantara III (Persero).
Diawali dengan peresmian PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) atau Sugar Co pada tanggal 7 Oktober 2022 lalu, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) terus berinovasi salah satunya dengan membangun industri Bioetanol berbasis tebu bekerja sama dengan PT Pertamina (Persero) sebagai offtaker.
Bioetanol berbasis tebu merupakan hilirisasi dari tanaman tebu yang dapat digunakan sebagai substitusi bahan baku bensin yang tentunya ramah lingkungan.
Bioetanol berbasis tebu sebelumnya telah diterapkan di Brazil di mana saat ini penerapan campuran bioetanol dalam bahan bakar di Brazil menjadi salah satu tertinggi di dunia. Diproyeksikan pada tahun 2030, PTPN melalui SugarCo memiliki potensi peningkatan produksi bioetanol secara nasional hingga sebesar 1,2 juta kilolite.[]